Monumen
Nasional, 27 Juni 2010
------------
Monumen Nasional atau yang populer
disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132
meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan
rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia
Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah
perintah presiden Sukarno, dan dibuka untuk umum pada
tanggal 12 Juli 1975.
Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan
semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di
tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monumen dan museum ini dibuka
setiap hari mulai pukul 08.00 - 15.00 WIB. Pada hari Senin pekan terakhir
setiap bulannya ditutup untuk umum.
Sejarah
Setelah pusat pemerintahan Republik
Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada
tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah
Belanda pada tahun 1949, Presiden Sukarno mulai memikirkan pembangunan sebuah
monumen nasional yang setara dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di depan
Istana Merdeka. Pembangunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan
perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus
membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan
mendatang.
Sukarno
menginspeksi pembangunan Monas. Foto ini dibuat sekitar tahun 1963-1964.
----------------
Pada tanggal 17 Agustus 1954 sebuah
komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan monumen nasional digelar
pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya
yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan
komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan
selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tapi sekali lagi
tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian
meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Sukarno. Akan tetapi
Sukarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk
lingga dan yoni. Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti
itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga
biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih
kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak merancang bangunan yang
lebih kecil, dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik.
Sukarno kemudian meminta arsitek R.M. Soedarsono untuk melanjutkan rancangan
itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45, melambangkan 17 Agustus 1945
memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ke dalam rancangan monumen itu. Tugu
Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini
diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan R. M. Soedarsono, mulai dibangun 17
Agustus 1961.
(
id.wikipedia )